Etika tanggung jawab levinian mengungkapkan gagasan untuk menempatkan orang lain sebagai subjek yang unik dan berbeda sama sekali melalui wajah mereka yang terlihat. Konsekuensinya adalah pihak lain harus dihormati dan dihargai sebagai subyek. Sekaligus kehadiran orang lain menjadi tanggung jawab “aku”, tidak menyerap orang lain untuk disamakan dengan diriku atau bahkan ditaklukkan atau dikuasai. Pemahaman politik kita tereduksi hanya pada pemahaman kontestasi politik elektoral saja. Politik kehilangan maknanya sebagai bentuk hidup bersama untuk mencapai kebaikan bersama (Bonum Commune).
Dalam konteks Indonesia, etika terkandung tidak hanya dalam ajaran agama dan ketentuan hukum, tetapi juga dalam social decorum berupa adat istiadat dan nilai luhur sosial budaya. Di tengah perubahan sosial-budaya begitu cepat yang membuat tergerusnya nilai-nilai tersebut, perlu pemberdayaan dan revitalisasi nilai budaya yang kondusif dan suportif bagi penguatan etika politik dan integritas para penyelenggara negara.