Menelaah Konversi Belis Gading Gajah dalam Perspektif Tindakan Sosial Max Weber di Desa Kolaka, Kabupaten Flores Timur

Main Article Content

F. A.P Kelen Kelen
Frans Bapa Tokan
Apolonaris Gai

Abstract

        Isu kelangkaan dan pro kontra atas tindakan sosial konversi belis gading gajah dalam perkawinan adat  Lamaholot telah menjadi wacana hangat di level lokal. Keunikan budaya perkawinan adat pada masing-masing  daerah di negeri ini sangat beraneka ragam, namun bila tak ada upaya  melestarikannya,  maka cepat atau lambat keragaman warisan budaya  yang menyimpan sejuta kekayaan  itu akan hilang tergerus zaman. 


        Dewasa ini konversi belis gading gajah masih sebatas wacana dan tindakan individual sehingga  belum menjadi tindakan masyarakat Lamaholot. Walaupun wacana konversi sempat  bergulir di tengah masyarakat,  namun selama belum ada  keputusan bersama  antara  para tua-tua adat, pemerintah desa, tokoh masyarakat dan kalangan masyarakat, maka niscaya tidak akan ada tradisi perkawinan adat yang berubah. 


        Warisan budaya leluhur yang tak lekang oleh  waktu, memang tak mudah mengalami disfungsi sosial, tetapi kalau tak ada upaya antisipasi merespon realitas di masa depan, maka  cepat atau lambat tindakan sosial konversi belis gading gajah  akan terwujud.


        Dengan demikian rekayasa budaya merupakan hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah melalui  forum dialog dengan melibatkan semua kalangan elit formal dan informal serta  masyarakat. Selain itu membangun jejaring kerjasama kemitraan di bidang kebudayaan dengan Negara-negara yang memiliki populasi hewan gajah  guna mengatasi kelangkaan pasokan gading gajah ke tengah masyarakat yang membutuhkan serta melarang perdagangan gading gajah secara bebas ke luar daerah.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

Section
Articles

Most read articles by the same author(s)